Karena masalah ekonomi, Sarah Syahrani yang masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD) ini harus menanggung beban hidup yang cukup berat.
Anak perempuan berusia 10 tahun di wilayah Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini harus mengorbankan masi kecilnya demi menjual gorengan dan es krim dengan menggunakan sepeda setiap harinya.
“Kasihan, ibu sakit. Ayah juga tidak tahu ke mana. Daripada main lebih baik bantu Ibu. Sehari bisa dapat Rp 10 ribu-20 ribu,” kata Sarah.
Ia juga menuturkan kalau dirinya memiliki keinginan kuat untuk membantu sang ibu yang menderota sakit. Sedangkan sang ayah telah menceraikan ibunya.
Sarah sendiri tinggal bersama ibu dan kedua adiknya di rumah kontrakan berukuran 10×8 m di wilayah Cikampek.
Ibu Sarah, Siti, mengaku tidak bisa melarang keinginan anaknya untuk berjualan. Setiap harinya sehabis pulang sekolah Sarah tidak bermain tapi ia langsung berjualan dengan menggunakan sepeda.
Ibu Siti mengatakan anaknya mendapatkan upah dari bagi hasil laba gorengan dan es krim. Anaknya dibiarkan berjualan karena Siti tidak bisa melakukan pekerjaan berat akibat bekas operasi usus buntu.
Efek samping dari operasi itu masih dirasakannya. Mantan buruh pabrik itu kerap meriang mendadak selama beberapa hari dalam setiap bulan.
“Ini juga masih berobat jalan. Biayanya seadanya saja, saya juga sering ikut bantu kerja. Kalau ada orang yang nyuruh pijat atau luluran, pasti saya lakukan. Lumayan buat tambahan,” ucapnya.
Rupanya kisah inipun sampai ke telinga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Kisahnya berawal dari postingan Nana Aji Sudarna (29) warga asal Kamijong Lebak, Cikampek, Karawang yang mengirimkan pesan ke Facebook resmi Dedi Mulyadi.
Dalam pesannya itu disebutkan mengenai informasi bahwa di Desa Kamijong, Cikampek, terdapat seorang anak yang berjualan gorengan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Mendapat informasi seperti itu, Dedi pun langsung mengutus stafnya. Setelah dilakukan pengecekan ternyata anak bernama Sarah itu menjual es krim dan gorengan setiap harinya.
Melihat kondisi seperti itu, salah seorang staf Bupati Purwakarta, Edwin Ferdiana Rasidi, mengatakan dirinya diberi amanat dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, untuk menyerahkan bantuan.
Uang sebesar Rp 3 juta pun sudah diserahkan kepada Sarah dan ibunya untuk digunakan sebagai modal usaha dan untuk membeli peralatan sekolah.
Edwin juga mengatakan, bahwa sudah menjadi kebiasaan Dedi untuk membantu sesama meskipun berbeda wilayah. Karena baginya kemanusiaan tidak pernah mengenal yang namanya batas teritorial.