Sebagian besar orang yang tinggal di kota-kota besar sepeti Jakarta dan Surabaya, pasti pernah menggunakan jasa ojek online.
Bukan saja karena mudah diakses, dibanding dengan bus, mode transportasi ojek online ini juga lebih efisien alias menghemat waktu.
Berbeda dengan ojek konvensional, hubungan penumpang dengan driver tak sebatas antar-jemput saja. Lebih dari itu, penumpang juga diharuskan untuk memberikan penilaian dengan skala satu sampai lima pada sang pengemudi melalui aplikasi.
Ketika akan memberikan rating atau penilaian, penumpang juga bisa menambahkan komentar, baik berupa pujian maupun kritikan terhadap sang driver.
Hal tersebut bertujuan agar perusahaan mudah memantau kinerja para drivernya, serta tentunya demi kenyamanan dan kepentingan konsumen pula.
Namun, apa jadinya jika fitur komentar yang ada tersebut justru disalahgunakan, ya? Dengan menuliskan ulasan yang konyol dan nggak masuk akal. Penasaran kan seperti apa?
1. Siapa si nih yang bikin komentar, kok jahat banget!
2. Yakin punya pacar? Kok ketemu aku kemarin dia bilang jomblo
3. Mirip emang? Nggak lagi kelilipan kan?
4. Jahat banget dibilang bau kadal, btw bau kadal itu kek gimana?
5. Makanya jangan diem-diem bae, ajakin ngopi ngapa ngopi
6. Ngomel tapi tetep kasih bintang 5, salut sama kamu ih!
7. Jadi mentang-mentang mantan auto kasih bintang 5 gituh?