Hubungan orang tua dan anak bisa sangat kompleks. Ada cinta tanpa syarat di dalamnya. Ada kasih sayang yang tak bisa diukur seberapa besarnya. Terdapat ketulusan yang begitu kuat dalam hari-hari kita bersama orang tua.
Namun lain hal nya dengan seorang pecandu game bernama Sak Duanjan, anak ini tega racuni orang tuanya sendiri. Gara-gara diminta untuk berhenti bermain game dengan cara mematikan WiFi.
Dalam informasi yang beredar, kala itu Sak Duanjan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, dan sesampainya di rumah dia bermain game mobile dengan volume yang sangat keras. Kelakuan Sak Duanjan menyebabkan orang tuanya tidak bisa tidur.
Pada hari Senin, (29/6), ayah tiri dari San Duanjan bernama Chakri Khamruang terbangun dan mematikan WiFi agar anaknya tidak lagi mengganggu orang lain dengan suara keras dari game yang ia mainkan.
Namun Sak Duanjan malah mengamuk dan menghancurkan dinding rumahnya. Ayah nya pun kemudian memeluknya dan mengatakan tidak punya pilihan lain untuk menenangkannya dari tindakan agresif.
Perkrlahian antara ayah dan anak itu pun berakhir dengan sang anak yang memilih tidur. Tapi ternyata kelakuan Sak Duanjan itu tidak berhenti sampai di situ saja.
Sang ibu, Suban Duanjan menemukan hal yang tak terduga, dia menemukan pestisida yang tidak larut dalam persediaan air di rumahnya. Saat ingin mengambil air untuk memasak nasi, ia terguncang dan terkejut putranya itu mencoba membunuh dirinya dan suami.
“Saya melihat anak saya turun ke bawah dan meletakkan sesuatu di toples sekitar jam 02.00 pagi. Saya bertanya apa yang ia lakukan, tapi dia tidak menjawab dan langsung kembali ke kamarnya” katanya.
Awalnya, Suban Duanjan tidak menaruh curiga dan membiarkan anaknya tersebut. Suban tak percaya anaknya akan melakukan hal nekat seperti itu.
Orang tua Sak Duanjan pun selalu melakukan berbagai cara untuk mengatasi amarah pemuda itu, namun untuk kali ini mereka memutuskan untu menghubungi pihak yang berwajib.
Kepada petugas, Sak Duanjan mengaku telah memasukkan racun ke dalam air yang digunakan sebagai kebutuhan keluarga. Alasannya karena ia marah dihentikan saat bermain game.
“Kami ingin petugas membawanya untuk dirawat di rumah sakit. Kami tidak ingin hidup dalam ketakutan karena bisa saja dia kembali melakukan hal ini. Dia sering bermain game di ponsel, hal itu mungkin yang membuatnya stres,” ujar Suban.