Seorang kakek asal Jember berusia 80 tahun, yakni yang akrab disapa Mbah Mojo tinggal di kuburan sekitar sudah 30 tahun. Ia pun memilih tinggal si sebuah gubuk yang dibuatkan oleh warga.
Didalam usia lanjut seharusnya seseorang mempunyai tempat yang layak untuk ia tinggal dan berteduh.
Karena memasuki usia senja banyak yang telah hilang pada dirinya, misalnya saja dengan kondisi badan yang bisa sewaktu-waktu menurun.
Oleh karena itu seharusnya bagi para orang tua yang sudah lanjut usia sangat dianjurkan beristirahat dengan layak dan pastinya ditempat yang layak dan nyaman.
Namun lain halnya dengan Mbah Mojo tinggal di kuburan dengan hidup sebatang kara dan tinggal didalam gua yang ada ditengah kawasan kuburan atau pemakaman.
Dan hingga pada akhirnya oleh warga sekitar yang merasa iba dengannya itu pun kemudian dibangunkan sebuah bangunan semi permanen untuk tempatnya tinggal.
Pemakaman umum tempat tinggal Mbah Mojo berada di Lingkungan Kebondandang, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari. Sebelum menetap di sana, pria sebatang kara ini mengaku sebelumnya berpindah-pindah tempat.
“Engkok lah telok poloh taon edinak. Sabelumna ndah pindah semak gumuk. (Saya sudah 30 tahun di sini, sebelumnya pindah-pindah di sekitar sini, juga sama di bukit),” kata Mojo.
Mbah Mojo pun sehari-harinya makan dari hasil dirinya yang bekerja serabutan.
Mbah Mojo sehari-hari untuk makan, dengan bekerja serabutan. “Pokok dimintai siapapun, saya kerjakan. Dari sana dapat uang, untuk beli nasi. Juga beli ayam untuk teman di sini,” katanya.
BACA JUGA: Kisah haru gadis kecil penjual onde menangisi Kapolres Padang Panjang yang pindah tugas
Menurut Mbah Mojo yang tinggal di kuburan itu, dirinya sebelum menjalani hidup seperti saat ini dirinya pernah menjalani hidup berumah tangga.
Dia hidup dan berumah tangga bersama sang istri dan tinggal di sebuah desa Sumberjeruk, Kecamatan Kalisat.
“Dulu saya pernah nikah, tapi hanya bertahan setahun. Setelah itu saya cerai. Anak tidak punya, bapak dan ibu sudah meninggal. Tidak ada saudara,” ceritanya.