Ada beberapa mitos larangan pernikahan adat Jawa yang perlu Anda ketahui sebelum melangsungkan acara bahagia Anda dengan pasangan.
Pasalnya jika melanggar hal-hal yang telah dilarang oleh adat tersebut, konon katanya akan dapat memberikan dampak yang buruk pada pernikahan Anda dan kehidupan rumah tangga Anda ke depannya.
Pada dsarnya, menikah memang merupakan impian dari semua orang. Pernikahan dengan orang tercinta, atas restu orang tua dan semesta setidaknya akan membuat seseorang merasa begitu bahagia dan bersyukur.
Tapi sayangnya, tidak semua orang bisa menikah dengan orang tercinta dengan hati yang bahagia dan merasa berbunga-bunga.
Karena beberapa orang harus menelan kekecewaan atas gagalnya pernikahan dengan orang tercintanya.
Gagalnya pernikahan yang terjadi karena larangan-larangan yang ada mulai dari larangan orang tua hingga larangan adat yang menjadi kepercayaan serta keluarga besarnya.
Di daerah Jawa sendiri, ada beberapa larangan pernikahan adat Jawa yang masih dipercayai hingga saat ini.
Jika Anda belum mengetahui apa saja larangan-larangannya, berikut ini beberapa mitos larangan pernikahan adat Jawa yang masih dipercayai sebagian orang sampai saat ini sebagai berikut.
Larangan pernikahan adat jawa
Menikah di bulan syuro (muharram)
Calon pengantin adat Jawa wajib mempertimbangkan tanggal pernikahan dalam berbagai macam kalender, dan salah satunya adalah kalender Hijriyah. Mitosnya, calon pengantin dilarang menikah di bulan Muharram atau Syuro.
Sebab, kepercayaan yang berlaku mengatakan jika bulan Muharram merupakan bulan keramat dan bukan bulan baik untuk mengadakan acara, khususnya pernikahan. Jika pengantin menikah di bulan Muharram, konon akan ada malapetaka atau musibah yang akan menimpa keduanya dan keluarga besarnya.
Perhitungan weton ke dua mempelai
Bagi pengantin Jawa, bukan hanya restu orangtua yang menjadi pertimbangan besar pernikahan itu akan berlangsung atau tidak, melainkan perhitungan weton.
Perhitungan weton jodoh ini memiliki rumusan tersendiri, dan ketika hasilnya menunjukkan ketidakcocokan, umumnya keluarga akan menyarankan untuk tidak melanjutkan rencana pernikahan. Sebab jika tetap menikah walau perhitungan weton tidak cocok, akan ada kesialan yang menimpa pasangan itu.
Pernikahan anak pertama dengan anak ketiga
Percaya atau tidak, namun salah satu mitos larangan pernikahan adat Jawa yang banyak beredar adalah larangan menikah antara anak pertama dengan anak ketiga.
Posisi anak itu nggak hanya berlaku untuk Anda dan pasangan, tetapi juga untuk ayah dan ibu dari masing-masing pihak. Jika Anda atau pasangan, ibu dan ayah dari masing-masing pihak merupakan anak pertama dan anak ketiga, sangat disarankan untuk nggak melanjutkan pernikahan.
Sebab, mitosnya akan ada kesialan yang menimpa kehidupan keluarga pengantin jika larangan ini diabaikan, seperti kurang akur, bercerai, atau ditinggal wafat.
Pernikahan siji jejer telu
Selain poin sebelumnya, ada pula mitos larangan adat Jawa yang selanjutnya jika Anda dan pasangan sama-sama anak pertama atau biasa disebut pernikahan siji jejer telu. Hal itu pun berlaku pada orangtuamu.
Jika Anda dan pasangan merupakan anak pertama dan keluarga, serta orangtua dari salah satu pihak turut merupakan anak pertama semua, akan sulit untuk melanjutkan rencana pernikahan. Sebab kalau tetap menikah, konon akan ada kesialan yang menimpa kehidupan rumah tangga Anda dan pasangan kelak.
Posisi rumah berhadapan
Apakah Anda tahu posisi rumah Anda dan rumah pasangan? Meski mungkin nggak terlalu dekat, apa saling berhadapan? Pasalnya, ada mitos larangan pernikahan adat Jawa yang melarang calon pengantin menikah jika posisi rumah keduanya saling berhadapan. Jika tetap menikah, kepercayaan yang berlaku mengatakan kalau kehidupan rumah tangga akan serba kekurangan di masa depan nanti.
Tidak boleh menikah di tanggal lahir
Menentukan tanggal pernikahan bagi orang Jawa sangatlah penting, karena jika salah dalam memilih tanggal pernikahan, diyakini akan mendapatkan kesialan. Namun sebaliknya, jika tepat dalam memilih tanggal pernikahan maka pernikahan tersebut diyakini akan berjalan dengan lancar dan mendapatkan keberuntungan.
Selain tanggal dan bulan-bulan tertentu, orang Jawa juga meyakini bahwa jika acara pernikahan dilaksanakan pada tanggal kelahiran mempelai pria, maka pernikahan tersebut akan membawa keberuntungan bagi kedua mempelai dan juga terhindar dari malapetaka.
Kado pernikahan
Di setiap pernikahan, banyak tamu yang hadir dengan membawa kado untuk diberikan kepada kedua mempelai sebagai doa dan ucapan selamat. Menurut mitos larangan pernikahan adat Jawa, hendaklah kado pertama yang dibuka adalah sesuatu yang dipakai pertama kali ketika akan mulai menapaki kehidupan berkeluarga. Bila hal tersebut dilakukan, maka diyakini keluarga baru tersebut akan mendapatkan keberuntungan.
BACA JUGA: Ini dia ciri-ciri hubungan akan langgeng dan bertahan lama
Itulah beberapa mitos larangan pernikahan adat Jawa. Apakah Anda pernah mendengar mitos yang lainnya dalam adat ini? Terdengar berat, ya.
Namun jika keluarga kental dengan adat Jawa, Anda setidaknya perlu memperhatikan mitos tersebut demi menghindari musibah dan kehidupan rumah tangga di masa depan bahagia selalu. Jadi, cobalah cek mitos-mitos ini sebelum Anda mantap merencanakan pernikahan dengan pasangan ya!